Minggu, 30 Januari 2011

PUPUH V MASKUMAMBANG

MASKUMAMBANG

01

Nadyan silih bapa biyung kaki nini, sadulur myang sanak, kalamun muruk tan becik, nora pantes yen den nuta.

Meskipun ayah, ibu, kakek, maupun nenek jika nasihatnya tidak baik, maka jangan kau dengar, tidak patut kau turuti.


02

Apan kaya mangkono karepaneki, sanadyan wong liya, kalamun watake becik, miwah tindake prayoga.

Demikian seharusnya. Meskipun orang lain, namun memiliki tabiat dan tingkah lakunya yang baik


03

Iku pantes yen sira tiruwa ta kaki, miwah bapa biyung, amuruk watek kang becik, iku kaki estokena.

Itu pantas kau tiru, Nak, begitu pula jika ayah dan ibu memiliki nasihat yang baik, maka turutilah, Nak.

04

Wong tan manut pitutur wong tuwa ugi, pan nemu duraka, ing dunya praptaning akhir, tan wurung kasurang-surang.

Orang yang tidak mentaati orang tua itu durhaka, dia akan kena kutuk sejak hidup di dunia sampai di alam akhir


05

Maratani mring anak putu ing wuri, den padha prayitna, aja sira kumawani, ing bapa tanapi biyang.

Hingga kelak ke anak cucu. Oleh karena itu, perhatikan sungguh-sungguh, jangan engkau kurang ajar kepada ayah atau ibu

06

Ana uga etung-etungane kaki, lelima sinembah, dununge sawiji-wiji, sembah lelima punika.

Ada juga yang disebut dengan lima sujud (bakti), Nak. Adapun kelima jenis sujud (bakti) itu adalah :


07

Kang dhingin rama ibu kaping kalih, marang maratuwa, lanang wadon kaping katri, ya marang sadulur tuwa.

Yang pertama ayah dan ibu, kedua kepada mertua baik laki-laki maupun perempuan, ketiga kepada saudara tua


08

Kaping pate marang guru sayekti, sembah kaping lima marang Gustinira yekti, parincine kawruhana.

Keempat kepada guru, sedangkan kelima kepada raja (atasan). Adapun penjelasannya adalah


09

Pramila rama ibu den bekteni, kinarya jalaran, anane badan puniki, kinawruhan padhang hawa.

Mengapa ayah dan ibu harus dibaktikan, sebab keduanya adalah perantara yang menyebabkan kita hadir di dunia


10

Uripira pinter samubarang kardi, saking ibu rama, ing batin saking Hyang Widdhi, milane wajib sinembah.

Semua kepandaianmu bermula dari ayah dan ibu yang secara mata batin berasal dari Yang Mahakuasa. Oleh karena itu (mereka) patut kau sembah.


11

Ya mulane maratuwa jalu estri, pan wajib sinembah, angsung kabungahan tuwin, aweh rasa ingkang nyata.

Mengapa kedua mertuamu patut kau sembah, sebab mereka memberimu kebahagiaan dan kenikmatan sejati


12

Katanipun sadulur tuwa puniki, pan wajib sinembah, gegentening bapa benjing, mulane guru sinembah.

Sementara saudara tua harus kau sembah karena ia adalah ganti ayah kelak. Adapun guru wajib disembah karena


13

Kang atuduh sampurnanning urip, tumekeng antaka, madhangken pethenging ati, anuduhaken marga mulya.

Yang menunjukkan kesempurnaan hidup sampai datangnya kematian, menerangkan gelapnya hati, menunjukkan jalan kemulyaan


14

Wong duraka ing guru abot sayekti, milae den padha, mintaa sih ywa nganti, suda kang dadi sihira.

Orang yang dikutuk guru sangat berat, oleh karena itu mengharaplah kasih sayang guru kepadamu jangan sampai berkurang

15

Kaping lima dununge sembah puniki, mring Gusti Kang Murba, ing pati kalawan urip, aweh sandhang lawan pangan.

Adapun sembah yang kelima adalah kepada raja yang berkuasa atas hidup dan matimu, memberimu sndang dan pangan


16

Wong neng dunya kudu manut marang Gusti, lawan dipunawas, sapratingkahe den esthi, aja dumeh wus awirya.

Orang yang hidup seyogyanya berbakti kepada raja serta menjaga segala tindakan agar selalu benar, jangan sombong meskipun sudah berkuasa


17

Nora beda putra santana wong cilik, yen padha ngawula, pan kabeh namaning abdi, yen dosa kukume padha.

Tidak berbeda antara putra raja dan kerabat raja dengan rakyat jelata dalam hal mengabdi. Bukankah kedudukan abdi semuanya sama di mata hukum?


18

Yen rumasa putra santana sireki, dadine tyasira, angendiraken sayekti, nora wurung anemu papa.

Jika kau merasa sebagai putra raja atau kerabat raja, itu artinya kau menyombongkan diri, hal ini akan menyebabkan kesulitan bagimu


19

Angungasken putra sentananeng Aji, iku kaki aja, wong suwita nora keni, kudu wruh ing karyanira.

Janganlah kau mengagungkan diri sebagai putra raja, Anakku orang yang mengabdi (kepada raja) tidak boleh demikian, kau harus tahu kewajiban


20

Yen tinuduh marang Sang Maha Narpati, sabarang tuduhnya, iku estokna ugi, karyanira sungkemana.

Jika diperintah oleh Sri Baginda, apapun bentuk printahnya, maka hormati dan taati perintahnya


21

Aja mengeng ing parentah sang siniwi, den pethel aseba, aja malincur ing kardi, lan aja ngepluk sungkanan.

Janganlah menghindar pada perintah raja. Rajinlah menghadap dan jangan malas menjalankan tugas. Jangan sering terlambat dan menolak tugas


22

Luwih ala-alane ing wong ngaurip, wong ngepluk sungkanan, tan patut ngawuleng aji, angengera sapa-sapa.

Seburuk-buruknya orang hidup adalah bangun terlambat dan menolak kewajiban. Jika mengabdi kepada raja bahkan mengabdi kepada siapapun, hal itu tidak layak


23

Angengera ing bapa biyung pribadi, yen ngepluk sungkanan, nora wurung den srengeni, binalang miwah pinala.

Ikut pada ayah maupun ibu sekalipun, jika bangun terlambat dan menolak kewajiban pasti dimarahi, disambit, atau dipukul


24

Apa kaya mangkono ngawuleng aji, yen ngepluk sungkanan, tan wurung manggih bilahi, ing wuri aja ngresula.

Demikan pula mengabdi kepada raja, jika bangun terlambat dan malas akan celaka, (jika terjadi hal demikian) jangan kau menyesal di belakang hari


25

Pan kinarya dhewe bilahine ugi, lamun tinemenan, sabarang karyaning Gusti, lahir batin tan suminggah.

Bukankah celakanya itu hasil kerjanaya juga? Jika kau bersungguh-sungguh secara lahir batin, jangan kau menghindar


26

Mapan Ratu tan duwe kadang myang siwi, sanak prasanakan, tanapi garwa kekasih, amung bener agemira.

Karena memang raja tidak memiliki putra, saudara, dan kerabat, demikian puia (raja) tidak memiliki istri atau kekasih, yang dipegang hanya aturan


27

Kukum adil adat waton kang denesthi, mulane ta padha, den rumeksa marang Gusti, endi lire wong rumeksa.

Hukum yang adil dan adat istiadat, itu yang dijalankan raja. Oleh karena itu, jagalah. Adapun cara menjaga raja adalah


28

Dipun gemi nastiti ngati-ati, gemi mring kagungan, ing Gusti ywa sira wani, anggegampang lawan aja

Hidup hemat, teliti, damn hati-hati. Janganlah kau menggampangkan milik raja, juga jangan


29

Wani-wani nuturken wadining Gusti, den bisa rerawat, ing wewadi sang siniwi, nastiti barang parentah.

sekalipun berani membocorkan rahasia raja. Simpanlah rapat-rapat rahasia raja dan cermati selurruh perintahnya.


30

Ngati-ati ing rina kalawan wengi, ing rumeksanira, lan nyadhong karsaning Gusti, Dudukwuluhe kang tampa.

Cermatilah segala milik raja dan berhati-hatilah siang dan malam sambil menerima perintah raja (dudukwuluhe adalah isyarat pola tembang berikutnya, yaitu dudukwuluh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar